Masih ingat Para Priyayi, kisah tentang keluarga besar Sastro Darsono dari Wanagalih? Dalam Jalan Menikung ini kisah keluarga Sastro Darsono berlanjut dengan kehidupan Harimurti-Sulistianingsih bersama anak tunggal mereka, Eko, yang belajar di Sunnybrook
Dikemas dalam gaya seloroh, nakal dan santai, kumpulan kolom Umar Kayam ini mencuatkan sesuatu yang transendental. Teknik penulisannya pun, uniknya, mengingatkan kita pada Obrolan Pak Besut di RRI Yogyakarta dahulu yang menghadirkan sejumlah tokoh tetap,
Contents: A thousand fireflies in Manhattan My wife, Madame Schlitz and the monster Sybil A cup of coffee and a doughnut Chief Sitting Bull There goes Tatum Bawuk Fall in Connecticut Sri Sumarah The blue kimono.
Novel ini bercerita tentang Soedarsono seorang anak dari keluarga buruh tani yang oleh orang tua dan sanak saudaranya diharapkan dapat menjadi “sang pemula” untuk membangun dinasti keluarga priyayi kecil. Berkat dorongan Asisten Wedana Ndoro Seten ia
INILAH New York, dan Umar Kyam bercerita dari dalamnya. New York adalah satu raksasa pemakan manusia. Raksasa ini entah karena kena penyakit apa, tidak pernah merasa kenyang biar dia sudah makan berapa ribu manusia. Karena itu mulutnya terus saja menganga
Setelah Godlob (1975: 9 cerpen) dan Adam Ma'rifat (1982: 6 cerpen), Danarto kembali menghadirkan kumpulan cerita pendek ketiga, Berhala (1987). Semua kumpulan cerpen tersebut jelas menyiratkan jalan pemikiran Danarto, bahwa realitas yang tak nampak, jalin
Kumpulan cerpen Umar Kayam terakhir, Lebaran di Karet, di Karet … — yang terbit setelah Umar Kayam meninggal — memuat 13 cerpen. 8 dari 13 cerpen itu pernah diterbitkan dalam kumpulan cerpen Umar Kayam, Parta Krama (Yayasan untuk Indonesia, 1997). D
Daftar Cerpen:01. Jujur Prananto – Kado Istimewa02. Hudri Hamdi – Petaka Kampar03. Ahmad Tohari – Penipu Yang Keempat04. Jujur Prananto – Nurjanah05. Umar Kayam – Ke Solo, Ke Njati06. Ratna Indraswari Ibrahim – Perempuan Itu Cantik07. Santyari
Antologi cerpen Kompas memang selalu pantas dibaca, demikian pula yang edisi 1999 ini. Bagaimana tidak? Ada 20 cerpen yang layak dibaca. Cerpenis Budi Darma dengan Derabatnya, Jujur Prananto dengan Nasib Pendengar Setia, Lembu Di Dasar Laut ala Afrizal Ma
Madhep Ngalor Sugih, Madhep Ngidul Sugih merupakan buku ke-3 kumpulan kolom Umar Kayam dalam harian Kedaulatan Rakyat. Kumpulan kolom edisi 1 Januari 1994 sampai dengan 31 Desember 1996 ini, tidak berbeda dengan dua buku sebelumnya, digarap dengan bahasa