Antologi cerpen Kompas memang selalu pantas dibaca, demikian pula yang edisi 1999 ini. Bagaimana tidak? Ada 20 cerpen yang layak dibaca. Cerpenis Budi Darma dengan Derabatnya, Jujur Prananto dengan Nasib Pendengar Setia, Lembu Di Dasar Laut ala Afrizal Ma
Fakta bahwa cerpen mendominasi sastra Indonesia makin tidak dapat dielakkan. Kedudukan cerpen semakin kuat, antara lain karena cerpen dan koran saling bergandeng tangan. Dua puluh cerpen dalam buku ini dipilih dari ratusan cerpen di sekian banyak koran se
Dua puluh cerpen di buku ini dipilih dari ratusan cerpen yang telah terbit di sekian banyak koran sejak akhir 2007 sampai akhir 2008. Setelah itu, cerpen-cerpen ini melewati saringan juri Pena Kencana yang terdiri atas Triyanto Triwikromo, Budi Darma dan
Cerpen "Dodolitdodolitdodolibret" karya Seno Gumira Ajidarma yang menjadi Cerpen Terbaik Kompas 2010, mengisolasi siratan pesan tentang pluralitas makna kebenaran religius. Bahwa kita jangan mudah mengklaim agama kita sendiri paling benar dan menganggap s
Antologi Cerpen Pilihan Kompas 2012 tidak lain adalah 'potret' tentang keindonesiaan kita; sebuah Indonesia yang heterogen, unik, sekaligus juga problematik. 'Potret' ini adalah sekrup kecil dari sebuah mesin raksasa bernama Indonesia. Serpihan-serpihan y
Dari 51 cerpen yang dimuat di Harian Kompas selama 2008, peraih Khatulistiwa Literary Award 2004, Linda Christanty, dan pengajar filsafat di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Rocky Gerung, memilih 15 cerpen untuk antologi ini. "Smokol" karya Nuk
Tujuh belas cerpen dalam buku Palajaran Mengarang ini patut membuat membuat kita bersorak. Sebab, dibandingkan dengan pilihan tahun sebelumnya, pilihan kali ini lebih kaya, lebih beragam, lebih cerdas... (Nirwan Dewanto)Semua cerpen dalam Pelajaran Mengar