Dua puluh cerpen di buku ini dipilih dari ratusan cerpen yang telah terbit di sekian banyak koran sejak akhir 2007 sampai akhir 2008. Setelah itu, cerpen-cerpen ini melewati saringan juri Pena Kencana yang terdiri atas Triyanto Triwikromo, Budi Darma dan
Cerpen-cerpen Danarto adalah parabel-parabel religius yang luar biasa kaya dinamika dan daya imajinasinya. Tradisional tetapi sekaligus kontemporer. Gambaran mempesona tentang eksistensi manusia dari sudut pandangan orang Jawa. Meramu dua dunia: dunia nya
Setelah Godlob (1975: 9 cerpen) dan Adam Ma'rifat (1982: 6 cerpen), Danarto kembali menghadirkan kumpulan cerita pendek ketiga, Berhala (1987). Semua kumpulan cerpen tersebut jelas menyiratkan jalan pemikiran Danarto, bahwa realitas yang tak nampak, jalin
Cerpen-cerpen Danarto, cenderung menghadirkan hal yang non-real, yang tak nyata, ke dalam bingkai kenyataan. Yang real dan non-real mewujud bukan sebagai sesuatu yang saling bersentuhan, tetapi justru sebagai yang paling bertentang, bukan “dua dunia”
Cinta barangkali memang indah, namun cinta di kota metropolitan yang begitu longgar norma-normanya, ternyata tidak selalu pas tidak selalu berakhir dengan : "dan mereka hidup bahagia selama-lamanya".Dalam buku kumpulan cerita pendek ini, penulisnya mereka
A selection of Seno Gumira Ajidarma's short stories which originally published in various magazines and newspapers between 2000 - 2007, plus one ("Perahu Nelayan Melintas Cakrawala")that had never been published previously.
"Tolong sampaikan agar cerita ini tidak usah dibaca karena membuang waktu, pikiran dan tenaga. Sungguh hanya suatu omong kosong belaka. Mohon maaf sekali lagi untuk permintaan tolong ini. Maaf, beribu-ribu mohon maaf."TogogCerita ini memang ditulis oleh T